6 Jul 2007

PASAL 9. PENUTUP

Memulai langkah yang berhidmat di balantika nusantara, memerdekan seluruh warga negara diatas puluhan ribu pulau, dengan suku, adat dan bahasa yang sangat kaya, merupakan amanat proklamasi yang memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Dalam perjalanan sejarahnya, bermunculan para pejuang yang tidak pernah berada dibarisan perjuangan kemerdekaan. Banyak diantaranya berlaku ambil untung secara sepihak, kemudian satu persatu telah diperhadapkan dengan hokum yang ditangani KPK dan badan-badan yang dibentuk Negara.

Ada apa di Indonesia yang dibangun dengan pengorbanan, cucuran keikhlasan, siap berkorban harta dan nyawa, kemudian menjadi kerdil, diam tatkala diperhinakan, rela diadu kayak domba-domba yang tersesat. Kenapa bangsa ini begitu cepatnya berubah dari kehidupan social yang santun dan ramah, menjadi beringas, lupa diri, suka mabok, dan untuk itu, nyawa manusia dianggap tidak punya harga.

Ternyata, bangsa Indonesia salah menempatkan cita rasa beragama, berbangsa dan bernegara. Proklamasi yang dikelola secara dramatis dalam seluruh perjalanan antara Krawang dan Bekasi, ditengah-tengaj suasana hati pemuda yang bergejolak itu, Sukarno-Hatta membacakan Teks Proklamasi di Pegangsaan Timur, Jakarta. Momentum sejarah pada tanggal 16 Agustus 1945, 17 Agustus 1945 dan 18 Agustus 1945 menjadi tonggak pancang sejarah yang menjadikan seluruh warga Negara dan bangsa Indonesia, sampai sekarang, berada diwilayah itu. Pernyataan Indonesia bagian timur yang penuh tuntutan paksa, sampai sekarang belum pernah tercermati. Disaat-saat tertentu, sampai hari ini permohonan paksa itu tetap menjadi tanda-tanda untuk Indonesia berada disana.

Indonesia yang satu dialam Bhinneka Tunggal Ika pada akhirnya kurang tersosialisasikan. Pernyataan yang menyatakan: "saya adalah warga Negara Republik Indonesia" masih ada yang tidak suka. Terdukung oleh masa mengambang selama 32 tahun di tangan Orde Baru yang dimotori oleh GOLKAR, telah terjadi banyak endapan. Adanya kekuatan besar yang mampu mengikat pada sisi-sisinya terlihat nyaman, tetapi api didalam sekam itu meledak dialam reformasi. Kemudian, pada saat reformasi dijadikan "kuda tunggangan", bangsa ini sudah dalam keadaan lesu darah. Sikap saling tidak percaya bermunculan. Senyatanya, ada pihak yang ambil untung.

Gerakan Tilka ‘Asyarotun Kamilah (GERTAK) ingin mengajak para penggagas kerukunan, "mutiara terpendam", muncul dan bangkitlah memberi warna "merah putih" di seluruh kawasan nusantara. Mandilah berkeringat untuk membangun Indonesia. Jadilah bunga-bunga patriot bangsa, tidak takut pada seluruh peluru imperilais, dalam segala bentuk. Kembalilah pada cita merdeka yang memerdekakan.

Kepalkan lagi tinjumu.
Bangun Indonesia.


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Insurance News. Powered by Blogger